Rabu, 05 Maret 2014

The Girl I Never Met 2 : Love Diary

Tittle : The Girl I Never Met 2 / Love Diary
Author : akanechan123 / Chi-yo~ (karenagatha)
Data : General / Drabble, Sequel / Romance, Fantasy, Life, Sadness
Cast : Lee Ji Eun (IU), Lee Hyun Woo, Lee Donghae

SUMBER : http://biasplace.wordpress.com/2012/03/11/the-girl-i-never-met-2-love-diary/

The Girl I Never Met 2

Love Diary

Memandang begitu lamanya, hingga air mata pria itu menetes terus menerus, hingga kedua pipinya terbasah oleh air matanya. Meski pipinya telah dibasahi, namun air matanya terus mengalir tanpa henti. Matanya kini penuh dengan linangan air mata dan berubah menjadi mata kemerah-merahan.
Dalam hatinya, ia sesungguhnya sangatlah bingung dengan apa yang ia lakukan sekarang. Akan tetapi, hatinya terasa sangatlah sakit. Dalam pikirannya, terdapat bayangan wanita seperti di foto itu. Tersenyum padanya. Melihat ekspresi wanita itu, membuatnya bertambah tak dapat bertahan air mata yang sudah bertumpahan kemana-mana.
Mengapa aku bisa begini? Mengapa? batinnya terbingung dengan perilakunya yang tidak biasa ini. Ia mencoba menahan air matanya, namun pencobaan itu sia-sia. Hatinya terasa sakit dan perih. Hingga membuat dirinya terjatuh duduk dalam keadaan yang sangat terpuruk.
***
Selama sejam penuh, ia  tak mampu menahan emosi nya. Ia terus menerus terduduk. Baru kali ini dia seperti ini. Kenapa bayangan Lee Ji Eun selalu melekat di pikiranku? Apa aku jatuh cinta padanya? Atau aku.., semakin lama semakin ia bicara dalam hati, semakin membuat pikirannya tak karuan.
Ia pun memandang segera ke arah ruang mesin waktu ajaib yang terpampang dengan gagah di depannya. Ia menghela nafas sedalam-dalamnya seraya berpikir, Apa benar alat ini benar-benar membawanya untuk menyelamatkanku?
Dia mendekati ruang mesin waktu ajaib itu. Lalu menyentuhnya. Merasakan rasa kehangatan memasuki ke dalam tubuhnya. Yang tentu membuat dia merasa nyaman. Bagaimana cara kerja alat ini? pikirnya.
Tanpa pikir panjang, ia segera mencari segala cara agar dia dapat menggunakan ruang mesin waktu ajaib itu.
***
- Lee Hyun Woo’s P.O.V -
Di buku harian Lee Ji Eun itu, mengatakan bahwa mesin waktu ajaib itu bisa membawa seseorang ke masa lalu juga bisa memperbaiki masa lalu. Jika kita memperbaiki masa lalu, maka itu berakibat fatal untuk kita.
Aku menjelajahi seluruh isi ruangan di rumah ini. Kebanyakan semuanya berisikan alat-alat berat. Petunjuk cara menggunakan ruang mesin waktu ajaib ini tak dapat kutemukan.
Apakah ini ruang waktu ajaib sangat rahasia, dan dibuatnya ini hanya untuk mengobatiku saja?
Benar-benar keluarga yang sangat baik. Sama sekali tak mengenaliku, tapi mau menolongku sedemikian rupa hingga nyawanya pun hilang juga rela.
Debu. Semuanya penuh dengan debu. Mungkin karena, ini rumah mirip seperti gudang alat-alat berat. Meski aku alergi terhadap debu yang menyakitiku, tapi ini tak seberapa dengan sikap rela berkorbannya Lee Ji Eun dan kakeknya. Aku tak memedulikan bertebaran debu yang membuat alergiku kambuh. Yang kupedulikan sekarang adalah menemukan cara menggunakan ruang mesin waktu ajaib.
Berjam-jam ku mencari apa yang wajib kucari, akan tetapi tetap tak dapat ditemukan.
Rasa pasrah dan sakit karena dampak alergi debu ini menyelimutiku. Aku berbaring di tempat tidur yang biasanya adalah tempat tidur dari seorang pangeran tidur.
Kututup mataku. Kubayang-bayangkan diriku yang dahulu meski aku sama sekali tak mengetahui masa lalu ku dengannya.
Seorang gadis bernama Lee Ji Eun bersandaran saat ku sedang tidur, memandangku dengan penuh harapan dan cinta. Jika saat itu, aku dapat bangun dari tidur panjangku, mungkin aku akan sangat bahagia sekali.
Aku sangat benci masa depan. Bagaimana bisa aku melewati masa lalu dan sekarang menghadapi masa depan?
Aku menatap seekor angsa putih berdasi kupu-kupu kuning dengan prihatin. Dia memang tak dapat berbicara seperti manusia, tapi dia telah mengetahui masa lalunya dan masa depannya.
***
Dengan rasa penuh tekad dan nekad, aku akan berusaha mencoba menyalakan ruang mesin waktu ajaib itu, meski sama sekali tak mengetahui cara menggunakannya. Lebih baik mencoba daripada sama sekali tak mencoba.
Kubuka pintu ruang mesin waktu ajaib. Aku menatap terakhir kali pada angsa putih berdasi kupu-kupu kuning di luar ruang mesin waktu ajaib dengan penuh yakin. Aku yakin, aku pasti dapat seperti angsa putih berdasi kupu-kupu kuning itu, melewati masa lalu dengan kesadaranku.
Ku mencoba menyalakan mesin waktu ajaib ini dengan hati-hati, karena mesin waktu ajaib ini bisa saja rusak. Sesaat kemudian, akhirnya aku berhasil. Secara perlahan, ruang mesin waktu ajaib ini berputar-putar agar bisa pindah ke lorong waktu masa lalu.
Detik-detik terakhir ku di masa depan adalah, tersenyum pada angsa putih berdasi kupu-kupu kuning dan membayangkan gadis itu bersandaran di saat aku sedang tidur.
***
Semuanya hitam pekat. Tapi aku sangat dapat merasakan mataku sedang tertutup. Aku berusaha menggerakan tubuhku. Tapi, tubuhku terasa sangat kaku. Mataku kubuka perlahan-lahan. Pandanganku terlihat buram sementara, hingga pada akhirnya menjadi jelas.
Aku mencoba membangunkan diriku dengan sekuat tenaga. Hingga akhirnya aku terbangun. Aku melihat ke arah samping. Terlihat seseorang berdiri diam di ruang mesin waktu ajaib.
Mataku terbuka lebar-lebar, dan segera berdiri dengan susah payah karena kaku. Akan tetapi, aku terjatuh. Orang itu membalikkan badannya, dan terkejut melihatku.
“Pa..pa..ngeran ti..dur,” ucap orang itu yang ternyata adalah Lee Ji Eun, dengan terbata-bata.
“Lee Ji Eun,” balasku dengan tersenyum terharu. Aku segera memaksakan diriku berlari kecil ke ruang mesin waktu ajaib itu. Lee Ji Eun ternganga melihatku, ia pun sedikit sadar dan membuka pintu ruang mesin waktu ajaib itu.
Kini kami berdua berada di ruang mesin waktu ajaib yang bentar lagi akan berputar-putar mengelilingi lorong waktu masa lalu.
“Benarkah ini nyata?” tanyanya ragu-ragu. “Apakah ini nyata?!”
Aku mengangguk, “Iya. Ini nyata, Ji Eun. Aku, Hyun Woo bukan pangeran tidur. Tapi, waktuku tinggal sedikit, Ji Eun.”
“Apa maksudmu?”
“Aku dari masa depan setelah kau menolongku karena ruang mesin waktu ajaib ini. Aku ingin kau selalu ada di sisiku. Aku tak kenal denganmu, tapi hatiku sangat mengenalimu. Kuakui aku takut kehilanganmu. Mungkin kita memang tak ditakdirkan bersama, tapi biarlah aku membuat kisah cinta kita dengan kita sendiri,” jelasku dengan cepat.
Ruang mesin waktu ajaib pun berputar-putar. “Aku.. Hyun Woo, mencintaimu, Ji Eun!!” teriakku dengan kencang sambil berlinang air mata. Perlahan-lahan, aku terlihat transparan, aku sangat menyadari bahwa aku akan hilang untuk selama-lamanya.
“Aku juga mencintaimu, pangeran tidurku,” balasnya dengan linangan air mata dan tersenyum.
Secara bersamaan, dia menghilang menuju masa lalu, dan aku menghilang untuk selama-lamanya bersama dengan dirinya yang sesungguhnya.
***
Beberapa ratus tahun kemudian..
Seorang mahasiswa jurusan arkeologi, Lee Donghae, tidak sengaja melihat sebuah rumah kuno. Dia mendatangi rumah kuno itu, gunanya untuk melihat apakah ada sesuatu yang dapat ia amati untuk tugas kuliahnya.
Donghae terkejut melihat begitu banyak alat-alat berat berserakkan dimana-mana dan berdebu. Kemudian ia mencoba mengambil beberapa alat-alat berat yang terbilang kuno tersebut untuk dijadikan sampel. Dia tak sengaja, melihat ruang mesin waktu ajaib. Karena bentuknya yang tampak unik, ia pun memfoto tersebut.
Sesudah itu, ia berkeliling dari ruang ke ruang lain, hingga tanpa sengaja melihat sebuah buku harian. Dibukakan buku harian tersebut.
Terlihat dari halaman pertama hingga halaman ketiga terdapat tulisan Ji Eun. Mulai di halaman keempat, terdapat tulisan Hyun Woo.
“Aku hanya ingin tulisan ini membuktikan cintaku padanya untuk selamanya. Aku tak kenal dengannya. Tapi, aku sangat merasa dekat padanya, bahkan hatiku selalu tertuju padanya.
Aku beralasan pergi ke dataran tinggi, karena untuk berkabung ayahku yang meninggal karena hipoksia, saat menyelamatkan aku yang nyaris jatuh dari dataran tinggi, saat aku hendak mengikuti ayahku.
Akan tetapi, tak diduga-duga aku menderita hipoksia. Pada akhirnya aku bertemu dengannya tanpa kusadari. Karena ruang mesin waktu ajaib, dia menyelamatkan aku. Aku sungguh berterima kasih padanya. Sangat ingin berterima kasih padanya dan mengatakan padanya bahwa aku mencintainya selamanya.
Meski aku tak dijodohkan dengannya, aku rela kehilangan nyawaku sendiri demi dia seperti apa yang dia lakukan padaku. Karena, aku cinta padanya setulus hatiku.”
The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar