Rabu, 05 Maret 2014

The Girl I Never Met

Tittle : The Girl I Never Met
Author : akanechan123 / Chi-yo~ (karenagatha)
Data :  General / Oneshot / Romance, Fantasy, Life, Sadness

Cast : Lee Ji Eun (IU), Lee Hyun Woo
 SUMBER : http://biasplace.wordpress.com/2012/03/11/the-girl-i-never-met/

The Girl I Never Met

Malam ini indah sekali, batin seorang gadis berwajah manis yang duduk bersandaran di tepi jendela. Bulannya benar-benar bagus hari ini!
Seandainya dia dapat melihat keindahan malam ini, mungkin dapat membuatku tersenyum bahagia, ungkap gadis itu dalam hati dengan perasaan sedih.
Mungkin aku memang tak bisa ditakdirkan dengannya. Itu tak masalah, tapi aku ingin sekali menunjukkan betapa indahnya hari ini, lanjut batinnya mengeluh. Gadis itu memandang seorang pria yang terbaring di tempat tidurnya. Sudah berapa lama ia menjadi pangeran tidur? Dan sudah berapa lama aku tak meniduri tempat tidurku?
Gadis itu mendesah. Ia memang benar-benar tidak kenal dengan pria yang terbaring di tempat tidurnya. Tapi yang ia tahu adalah saat kakeknya membopong pria itu. Ia juga masih ingat apa yang dikatakan kakeknya, “Kakek tak sengaja menemukan pria ini dalam keadaan koma di daratan tinggi, saat kakek mencari kayu untuk dijadikan kayu bakar. Sepertinya pria ini menderita hipoksia,” ungkap kakeknya yang merupakan seorang dokter juga seorang peneliti. “Pria ini diperkirakan tak lama hidupnya, tapi juga dapat diperkirakan akan bangun dari komanya.”
Berbulan-bulan pria yang tak diketahui namanya itu berada di tempat tidur gadis itu dalam keadaan koma. Hingga akhirnya, saat yang tak diduga-duga, kakek gadis itu menutup usianya di usia 79 tahun.
Menangis. Iya, itu yang dilakukan oleh semua manusia jika ditinggal pergi oleh orang yang disayanginya. Mau tak mau, gadis manis yang bernama Lee Ji Eun ini, harus pasrah dengan air matanya yang tak mau berhenti, malahan air matanya semakin menderas dan membasahi pipinya yang manis itu. Masalahnya, sedari kecil, ia hanya tinggal bersama kakeknya. Jadi, ia merasa sangat kehilangan satu-satu keluarganya. Ayah dan ibu Ji Eun sudah meninggal sejak Ji Eun kecil karena terbunuh oleh ular di hutan.
Begitu kakek Ji Eun menutup usia, yang ditinggalkan untuk Ji Eun selain rumah dan beberapa uang adalah sebuah mesin waktu ajaib yang merupakan hasil pembuatan kakeknya, dan pria yang terbaring itu, juga seekor angsa putih. Ji Eun memang menyukai pria yang tak diketahui namanya itu seiring berjalannya waktu. Karena, pria itu sudah dianggap seperti tempat curhat. Segala keluhan ia keluarkan pada pria itu juga pada angsa putih itu.
Sebelum kakeknya meninggal, Ji Eun masih ingat apa pesan yang disampaikan oleh kakeknya.”Ji Eun-ah, mohon jaga baik-baik dirimu, pria itu, dan hasil penelitian kakek. Kakek tahu bahwa suatu hari pria itu akan menghilang dari dunia ini, maka dari itulah kakek terlihat sibuk membuat hasil penelitian kakek. Hasil penelitian kakek mungkin bisa dapat dijadikan obat untuknya.”
***
- Lee Ji Eun’s P.O.V -
Kupandang ruang mesin waktu ajaib buatan kakekku. Apakah ini benar-benar berguna? batinku bingung. Kakek menjelaskan padaku bahwa mesin waktu ajaib buatannya ini hanya dapat dipakai untuk menuju masa lalu dan bisa memperbaiki masa lalu. Tapi bagi yang menggunakannya, akan berakibat fatal untuknya jika digunakan untuk memperbaiki masa lalu. Penggunanya akan bisa menghilang selamanya terjebak dalam antara dunia nyata dengan dunia tidak nyata.
Tapi ini adalah jalan keluar untuk menyembuhkan pria yang kucintai, meski penuh resiko, aku akan tetap menjalankan tugasku, yaitu menyelamatkannya.
Sebelum masuk ke ruang mesin waktu ajaib, aku mengenggam tangan pria itu sambil menangis, “Kau boleh melupakan aku bahkan boleh tak mengingatku, tapi asal kau tahu, bahwa aku selamanya takkan pernah melupakanmu, dan aku akan terus mengingatmu bahwa kau adalah pria yang kucintai.”
Kuarahkan pandanganku ke kiri, yaitu ke seekor angsa putih berdasi kupu-kupu kuning, “Mungkin kau tak pernah bisa bicara padaku. Tapi, aku bisa bicara padamu, bahwa aku sungguh menyayangimu. Selama ini kau tersiksa karena aku telah memeliharamu. Sekarang kau bisa bebas bersama teman-temanmu. Kau tersenyum, aku pun turut tersenyum,” ujarku dengan air mata yang masih menetes namun kupaksakan diriku tersenyum.
“Kurasa sudah saatnya aku harus menjalankan tugasku,” tekadku telah membulat. Mungkin hatiku terpecah belah karena tak dapat melihatnya lagi, tapi lebih baik mana? Melihat orang yang kita cintai berakhir dengan hidup begitu saja, atau melihat orang yang kita cintai dapat menjalankan kehidupannya?
Dengan rasa semangat, sedih, gembira, patah hati yang semuanya campur aduk menjadi satu, kukerahkan hidupku hanya untuk dia seorang. Begitu pintu ruang mesin waktu ajaib ini kubuka, aku sangat merasa inilah detik-detik terakhirku. Kupandangi dia sekali lagi. Dengan penuh yakin dan percaya diri, kumasukkan diriku ke dalam ruang mesin waktu ajaib ini, dan menutup pintunya.
Aku masih merasa ragu-ragu untuk melakukannya. Sekali lagi aku memandang pria itu di dalam ruang mesin waktu ajaib ini yang berjendela. Dengan penuh keyakinan yang besar, aku percaya aku pasti bisa. Ku berusaha menyalakan mesin-mesin yang sudah kuno ini dengan penuh hati-hati. Hingga akhirnya, aku berhasil menyalakannya. Perlahan-lahan, ruang mesin waktu ajaib ini berputar-putar untuk menuju masa lalu.
Kupandang sekali lagi pria itu dengan menangis bahagia. Aku tak tahu, aku ini bahagia atau sedih, yang pasti aku tahu bahwa yang kulakukan benar-benar berbahaya untuk hidupku. Tapi sekali kutegaskan, kulakukan ini hanya demi dia seorang. Seorang yang kucintai.
***
Sesampai di masa lalu, aku berada di rumahku. Kuingat waktu itu kakekku sedang mengambil kayu untuk dijadikan kayu bakar. Aku segera lari tergopoh-gopoh menuju daratan tinggi. Sebelum sampai di daratan tinggi, tanpa sengaja aku melihat pria itu yang hendak pergi ke daratan tinggi. Aku segera mencegahnya dengan segala cara.
“Apa yang kau lakukan, agasshi (nona)?” tanya pria itu bingung melihat aku menghadangnya.
“Mianhae (Maaf), kau tak bisa dan tak boleh pergi ke daratan tinggi,” larangku dengan tegas.
“Memangnya ada apa di sana?” tanya lagi pria itu yang masih bingung. “Apa disana ada yang salah?”
“Iya,hmm.. disana suhu nya saat ini sedang dingin, lagi terjadi badai salju,”  kataku bohong dengan tatapan penuh yakin.
“Oh.. begitu. Gomawo (Terima kasih),” kata terakhir pria itu sebelum meninggalkanku sambil tersenyum yang mebuatku ikut tersenyum juga.
Senyuman terakhir. Dibalik senyumanku, tersirat kesedihan yang mendalam. Aku akan meninggalkan dunia. Aku telah melawan takdir. Air mataku bercucuran dengan deras, hatiku terasa pilu, diriku terasa lemas. “Selamat tinggal, pangeran tidur,” kataku tersenyum sedih.
***
- Lee Hyun Woo’s P.O.V -
Gerakan jari-jariku yang perlahan membuatku agak sadar dengan dunia nyataku. Pandangan mimpi tidur lamaku yang tadi nyata semakin lama semakin redup. Aku semakin lama semakin merasakan nafasku yang nyata. Mataku perlahan-lahan dapat kubukakan tanpa pengecualian.
Aku mengetahui bahwa posisi tubuhku adalah posisi tidur telentang. Mataku melihat langit-langit yang berbahan kayu. Ku menengok ke sekelilingku. Mengapa tampak asing untukku?
Aku mencoba membangunkan tubuhku dari tempat tidur. Betapa susah membangunkan tubuhku. Aku memang sadar dan tahu bahwa aku telah tidur lama. Tapi aku tak tahu aku berada di mana. Kupaksakan kakiku bergerak untuk berjalan, meski setiap kali hendak jatuh, tapi menurutku itu adalah cobaan sementara.
Tanpa kusadari, sebelah tempat tidur ini ada seekor angsa putih berdasi kupu-kupu kuning. Benar-benar lucu sekali. Angsa itu menatapku tanpa bergerak sedikitpun.
Aku berjalan keluar ruangan ini. Hal yang mengagetkanku adalah saat melihat betapa banyaknya perabotan barang untuk mesin kuno. Kelihatannya rumah ini banyak yang berdebu, tapi menurutku rumah ini terasa hangat.
Ku mengelilingi setiap ruang untuk mengetahui apa aja isinya dan mengapa rumah ini sepi sekali. Pertanyaanku yang kedua tetap tak ada jawaban untukku meski aku sudah mengelilingi setiap ruang rumah ini. Yang kutemui adalah beberapa foto hitam putih terjepit oleh jepitan di tali semacam tali jemuran.
Bukankah itu diriku? Dengan siapa aku di dalam foto itu? Siapa gadis itu?
Aku benar-benar tak mengerti apa yang terjadi selama aku tertidur begitu lamanya. Semuanya berubah tak ada yang menetap. Tapi, gadis itu manis juga ya. Selain aku menemukan foto-foto yang tergantung, aku juga menemukan sebuah buku diari.
“Aku bingung ingin menuliskan apa. Tapi, mungkin ini adalah hari terakhirku sebelum ku tiada.  Aku ingin menceritakan pada dunia, betapa sulitnya kehidupan. Semuanya harus diraih oleh kemauan kita tersendiri. Seperti aku yang akan melakukan mempertaruhkan jiwaku untuknya. Cinta memang menyulitkan, juga menyusahkan, tapi cinta dapat membuat kita mengerti apa itu kehidupan sebenarnya.
Sebelumnya, aku sama sekali tak pernah kenal dengan pria itu hingga detik ini. Tapi tak tahu kenapa, cinta ini membuatku mengenalnya tanpa mengetahui namanya. Aku sebut dia, pangeran tidur. Suatu hari, kakekku yang pergi mencari kayu untuk dijadikan kayu bakar di daratan tinggi tanpa sengaja menemukan pangeran tidur ini dalam keadaan koma.
Kakekku yang berstatus dokter juga peneliti, membopongnya hingga ke rumahku. Aku yang memiliki hewan peliharaan yang tak kuberi nama, yaitu seekor angsa putih berdasi kupu-kupu kuning, ini selalu iseng pada pangeran tidur ini. Kenapa? Karena dia tidur di tempat tidurku.
Seiring berjalannya waktu, aku tak tahu bahwa aku telah jatuh cinta padanya. Tapi aku benar-benar tak sanggup melihat dia terbaring diam tanpa ekspresi sedikitpun di tempat tidurku. Rasanya seperti tertimpa batu karang yang besar.
Suatu hari, kakekku yang seorang peneliti tutup usia dan meninggalkan hasil penelitiannya, mesin waktu ajaib. Mesin waktu ajaib itu bisa membawaku ke masa lalu juga bisa memperbaiki masa lalu. Jika kita memperbaiki masa lalu, maka itu berakibat fatal untuk kita. Dan kakekku buat mesin itu untuk dijadikan obat penyembuh pangeran tidur itu.
Sebenarnya kakekku yang ingin berbuat nekat seperti ini, namun aku selalu menolak. Hingga akhirnya aku lah yang akan menggantikan kakekku.
Aku lebih memilih dia bisa melanjutkan hidupnya daripada melihatnya sengsara terbaring di tempat tidurku. Aku cuma mau mengatakan, bahwa aku mencintainya. Aku tak tahu siapa dia, tapi aku tahu aku mencintai dia.
Aku, Lee Ji Eun, gadis lugu yang bodoh, tapi aku tahu apa yang harus kulakukan demi orang yang kucintai, yaitu pangeran tidurku.”
Aku tercengang membaca buku diari milik gadis lugu yang bodoh yang bernama Lee Ji Eun itu. Benarkah orang yang dia cintai yang dia selalu sebut pangeran tidurnya itu adalah aku?!
***
- Lee Ji Eun’s P.O.V -
Untuk terakhir kalinya aku ingin sekali mengetahui siapa nama pangeran tidurku itu.
“Ya! (Hey!) Kalau boleh tahu, siapa namamu?!” tanyaku agak teriak.
“Huh?! Lee Hyun Woo! Ada apa?!” jawabnya yang teriak juga.
“Ah, tak apa!” ucapku terakhir kalinya dengan tersenyum puas sebelum akhirnya aku.. lenyap.
***
- Lee Hyun Woo’s P.O.V -
Aku segera menghampiri dan memandang foto-foto ku bersama dengan seorang gadis yang tergantung di tali jemuran itu. Air mataku tiba-tiba mengalir, hatiku tiba-tiba terasa pilu. Aku tak tahu kenapa aku bisa seperti ini. Yang pasti, aku hanya tahu bahwa selama aku tidur panjang, aku selalu merasa ada orang yang mencintaiku dan aku juga merasa mencintainya. Ternyata orang itu adalah orang yang sama sekali belum pernah kutemui.. Lee Ji Eun.
The End






Tidak ada komentar:

Posting Komentar